indri anis solihah 1G2 13030033
hai adik-adik dan kakak-kakak sekalian yuk kita belajar dan cari tahu apa aja sih cara-cara pembuatan serat tekstil buatan dengan menggunakan cara pemintalan leleh, kering, dan pemintalan basah. yang berguna untuk pembelajaran serat tekstil yang cukup mendalam
langsung saja yaaa
Proses Pemintalan Benang / Spining Process
Spining Process |
I.
PROSES PEMBUATAN BENANG
Proses pembuatan benang ada beberapa cara
tergantung pada bahan baku yang diolah, namun pada prinsipnya sama, yaitu
membuat untaian serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan antihan teetentu.
Cara pembuatan benang yang dilakukan
industri kebanyakan adalah serat-serat dari alam ataupun sintetik mengalami :
- Pembukaan atau penguraian (Opening)
- Pembersihan kotoran (Cleaning)
- Penarikan (Drafting)
- Pemberihan antihan (Twisting)
- Penggulungan (Winding)
II.
PROSES PEMINTALAN
Mula-mula serat mengalami proses
pencampuran, pembukaan dan pembersihan di mesin blowing, dan sebagai hasil
akhir berupa gulungan lap. Gulungan lap kemudian diolah pada mesin Carding, lap
akan mengalami proses pembukaan dan pembersihan lebih lanjut, sehingga menjadi serat-serat
individu. Di samping itu serat-serat yang sangat pendek terpisahkan dari
serat-serat yang panjang, dan hasilnya berupa sumbu yang disebut sliver.
Hasil sliver Carding keadaan
serat-seratnya masih belum lurus dan belum sejajar satu sama lain serta belum
rata. Untuk meluruskan dan mensejajarkan serat-serat serta meratakan slivernya,
maka beberapa sliver tersebut dirangkap dan disuapkan ke mesin Drawing. Jumlah
rangkapan biasanya antara 6-8 buah sliver. Pelurusan dan pensejajaran
serat-serat dilakukan dengan jalan penarikan oleh pasangan-pasangan rol-rol
penarik, dan hasilnya berupa sliver yang lebih rata.
Pengerjaan ini dilakukan 2-3 kali
(passages) pada mesin Drawing, tergantung pada mutu benang yang diinginkan.
Hasil sliver Drawing kemudian dikerjakan pada mesin Roving untuk diperkecil
diameternya. Untuk memberikan kekuatan pada roving agar dapat digulung pada
bobbin, maka pada Roving tersebut diberikan sedikit puntiran (twist).
Akhirnya Roving tersebut dikerjakan pada
mesin pintal Ring Spinning hingga menjadi benang melalui proses penarikan dan
pemberian puntiran serta digulung pada bobbin. Untuk membuat benang yang
bermutu tinggi biasanya sesudah mangalami proses di mesin Carding tidak
langsung dikerjakan pada mesin Drawing, tetapi diproses dulu di mesin Combing,
dimana serat-serat yang pendek dipisahkan. Pembuatan atau pemintalan serat dari
larutan polimer dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1.Pemintalan Cara Basah (Wet Spinning), larutan polimer didalamnya disemprotkan
melalui spinneret kedalam larutan yang dapat memadatkan polimer atau
turunan-turunan polimer.
Contohnya : rayon kuproamonuim, rayon
viskosa, kasein, polyvenil khlorida, polyvinil alkohol, poliakrionotril.
2.
Pemintalan Cara Kering (Dry Spinning), Pembuatan filamen dilakukan dengan
menyuapkan pelarut dari larutan polimer. Pelarut dihilangkan dengan
menyuapkannya ke udara atau pada gas-gas yang sesuai biasanya gas inert.
Contohnya : poliakrionitril, plivinil khlorida, polivinil asetat, rayon
asetat,rayon triasetat.
3.
Pemintalan Cara Lelehan (Melt Spinning), Dilakukan dengan cara menyemprotkan
larutan polimer yang diperoleh dari pemanasan serpih polimer, lelehan polimer
disuapkan dengan tekanan dengan kecepatan tetap melalui lubang-lubang
spinneret, yang pada saat pendinginan akan memadat.
Filamen yang keluar akan membentuk satuan
benang yang kemudian digulung. Contohnya : nylon dan polyester.
Pada setiap pemintalan diatas akan
mengalami proses lanjutan yaitu :
a.
Proses penarikan berfungsi untuk mengatur diameter filamen dan menaikkan
derajat orientasi molekul-molekul polimer dan kristalitas serat.
b.
Pengeringan berfungsi untuk serat dapat digunakan untuk benag pintal dan
lainnya.
III.
MESIN-MESIN PEMINTALAN
A.
MESIN BLOWING
Pada proses pemintalan serat staple atau
serat pendek maka bahan yang akan diproses harus melalui proses blowing karena
bahan baku serat pendek tersebut dikemas dalam bentuk bal yang merupakan
serat-serat pendek yang dipadatkan dan berbentuk kotak. Oleh karena itu maka
serat serat yang menggumpal harus diurai atau dibuka terlebih oleh mesin
blowing . Adapun tujuan proses blowing adalah :
a. Mencampur serat
b. Membuka gumpalan-gumpalan serat.
c. Membersihkan kotoran-kotoran
d. Membuat gulungan lap
Untuk melakukan fungsi tersebut maka mesin
blowing terdiri dari beberapa mesin yang dirangkaikan menjadi satu. Adapun
contoh susunan mesin tersebut adalah :
A. MESIN CARDING
Secara singkat, tujuan dari mesin Carding
adalah :
a. Membuka gumpalan – gumpalan serat lebih
lanjut , sehingga serat – seratnya terurai satu sama lain.
b. Membersihkan kotoran – kotoran yang
masih ada didalam gumpalan – gumpalan serat atau yang tersangkut sejauh
mungkin.
c. Memisahkan serat – serat yang sangat
pendek dari serat – serat panjang (main fibre).
d. Membentuk serat – serat tersebut
menjadi sliver , dengan arah serat ke sumbu dari sliver.
Prinsip Mesin Carding
Proses carding dilakukan dengan melewatkan
lapisan atau gumpalan serat diantara dua permukaan yang menyerupai parut kawat
yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda. Dengan demikian maka gumpalan –
gumpalan serat tersebut akan tergaruk dan terurai. Karena jarak antara kedua
permukaan itu sengat dekat, maka gumpalan – gumpalan kapas tersebut akan
membentuk lapisan serat yang tipis dan tersebar pada permukaan, dengan letak
serat mengarah ke arah gerakan permukaan.
Pada dasarnya , ada dua gerakan pokok pada
mesin Carding yang dilakukan oleh permukaan seperti parut yaitu Carding action
(Gerakan penguraian ) dan Stripping action ( gerakan pengelupasan dan
pemindahan ). Perbedaan antara kedua gerakan ini terutama ditentukan oleh ujung
yang tajam dan arah serta kecepatan permukan kawat tersebut.
Gerakan Penguraian ( Carding Action ),
terjadi bila dua permukaan yang dilapisi jarum dengan arah yang berlawanan dan
bergerak dengan kecepatan yang berbeda , dengan arah putaran yang sama.
Silinder dengan kecepatan yang tinggi dan flat dengan kecepatan yang lambat.
Juga terjadi antara silinder dengan kecepatan yang tinggi dengan doffer yang
kecepatan relatih lebih lambat.
Gerakan pemindahan / pengelupasan (
Strippinng Action ), Gerakan pemindahan/pengelupasan terjadi bila dua permukaan
yang dilapisi jarum – jarum dengan arah yang sama bergerak dengan kecepatan
yang berbeda (lambat dan cepat) dengan arah gerakan yang sama,sehingga bagian
yang tajam dari jarum pada permukaan yang bergerak cepat , seakan – akan
menyapu bagian yang tumpul dari jarum pada permukaan yang dilaluinya. Proses
Stripping Action ini terjadi antara Taker – in dengan Silinder dan Doffer
dengan Doffer comb. Dalam hal ini kecepatan silinder ralatif lebih besar dari
kecepatan Taker – in, sehingga seakan serat berpindah ke permukaan silinder.
Gerakan Stripping Action ini juga terjadi antara doffer dan doffer comb.
B. MESIN DRAWING
Pada prinsipnya mesin drawing merupakan
proses peregangan pada bahan yang berupa sliver sehingga bahan tersebut setelah
mengalami proses drawing akan mengalami pengecilan bahan, pensejajaran atau
pelurusan serat, perangkapan dan pencampuran bahan. Selain itu tekukan tekukan
yang dialami serat karena proses carding akan kembali diluruskan pada proses
ini. Adapun tujuan proses drawing secara umum adalah :
- Meluruskan dan mensejajarkan serat-serat dalam sliver ke arah sumbu dari sliver
- Memperbaiki kerataa berat per satuan panjang, campuran atau sifat-sifat lainnya dengan jalan perangkapan.
- Menyesuaikan berat sliver per satuan panjang dengan keperluan pada proses berikutnya
Susunan Mesin Drawing
Mesin drawing terbagi tiga bagian utama
yaitu :Bagian penyuapan, bagian peregangan dan bagian penampungan
Keterangan :
- Can carding/combing 9. Apron pembersih
- Sliver carding/combing 10. Sliver drawing
- Garpu pengantar 11. Plat penekan sliver
- Rol penyuap 12. Terompet
- Sendok pengantar 13. Clender rol (rol penggilas)
- Traverse guide (pengantar sliver) 14. Coiler
- Rol peregang bawah (beralur) 15. Can drawing
- Rol peregang atas (rubber cloth)
Prinsip Kerja Mesin Drawing :
Karena berfungsi sebagai perangkapan dan
pencampuran maka untuk bahan baku mesin drawing memerlukan beberapa buah Can
(1) kurang lebih 6 yang berisi sliver hasil Carding atau Combing ditempatkan di
bagian belakang mesin drawing, kemudian masing-masing sliver (2) dilalukan pada
garpu pengantar sliver (3) terus melalui pasangan rol penyuap (4) dan sendok
pengantar sliver (5), traverse (6) sliver yang dapat begerak sendiri ke kiri
dan ke kanan. Selanjutnya semua sliver di suapkan barsama-sama kepada keempat pasangan
rol-rol peregang (7,8) dimana terdapat apron pembersih (9) .karena kecepatan
permukaan rol-rol peregang berturut-turut makin cepat, maka kapas tersebut akan
mengalami penarikan dan peregangan yang biasanya berkisar 6 sampai 8 kali,
sehingga sebagian besar serat-serat menjadi lurus dan sejajar ke arah sumbu
sliver.
Karena adanya penarikan dan peregangan,
maka sliver yang keluar dari rol depan akan berukuran kurang lebih seperti
sliver yang disuapkan. Sliver drawing (10) yang keluar dari rol depan masingmasing
berbentuk seperti pita yang berdampingan satu sama lain melalui pelat penampung
(11) terus disatukan melalui terompet (12), rol penggilas (13), coiler (14) dan
ditampung ke dalam can (15) yang berputar diatas turn table seperti halnya pada
mesin carding.
A. MESIN COMBING
Pada mesin combing terjadi proses
penyisiran serat, sehingga serat-serat pendek berikut kotorannya dapat
dipisahkan, ujung-ujung serat yang tertekuk diluruskan dan letak serat-seratnya
menjadi sejajar satu sama lainnya. Dengan demikian lap yang telah mengalami
proses combing, hasilnya berupa sliver yang panjang seratnya relatif sama,
lebih bersih dari kotoran dan relatif sejajar letaknya, sehingga pada proses
drawing drafting seratnya dapat lebih mudah. Agar penyisiran di mesin combing
dapat berhasil baik dan efisien, maka sliver hasil carding perlu mengalami
proses peregangan pendahuluan pada mesin pre-drawing atau sliver lap, agar
serat-seratnya menjadi agak lurus untuk disisir. Agar proses penyisiran lebih
cepat, maka sliver tesebut perlu dirubah bentuknya menjadai lap-lap kecil pada
mesin bobbin lap atau lap former. Untuk memperoleh hasil lap yang rata maka
beberapa jajaran sliver dirangkap menjadi satu sebelum digulung menjadi lap
kecil.
Mesin Combing merupakan Mesin perantara mesin
Carding dan Drawing. Fungsi dari mesin Combing adalah :
- Memisahkan kotoran-kotoran yang masih terdapat pada sliver hasil mesin Carding.
- Memisahkan serat-serat pendek dengan panjang tertentu, dengan tujuan untuk memperbaiki kerataan panjang serat.
- Meluruskan dan mensejajarikan serat yang lebih baik, sehingga proses regangan pada proses berikutnya dapat dilakukan dengan mudah.
B. MESIN ROVING
Setelah mengalami proses peregangan,
perangkapan, pensejajaran dan pelurusan serat pada mesin drawing maka serat yang
dalam bentuk sliver diproses pada mesin roving. Serat-serat yang telah sejajar
lurus dan rata hasil dari proses drawing sebelum dibuat menjadi benang harus
melewati proses roving, karena pada mesin ini sliver akan mengalami pengecilan
diameter (peregangan), pemberian sedikit antihan, penggulungan dalam bobin yang
sesuai dengan proses selanjutnya (proses ring spinning). Sehingga fungsi atau
tujan dari proses roving adalah :
- Peregangan (drafting) pada sliver sehingga diameternya mengecil dan serat lebih sejajar
- Pemberian antihan (twisting) pada sliver roving untuk meningkatkan kekuatan tarik pada saat peregangan di proses ring spinning
- Penggulungan (winding) sliver roving pada bobin yang sesuai untuk proses selanjutnya (ring spinning).
Peregangan (drafting), Peregangan
dilakukan oleh 3 (tiga) pasang rol peregang. Terjadinya regangan karena
terdapat perbedaan kecepatan permukaan dari rol depan (front roll) lebih besar
dari pada kecepatan permukaan rol belakang (back roll). Akibatnya sliver
berubah menjadi lebih kecil. Pada mesin roving tidak terjadi perangkapan
sehinga sliver yang dihasilkan tetap mempunyai diameter yang kecil. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pada saat peregangan sliver roving menjadi benang
pada mesin ring spinning
Pemberian Antihan (twisting), Antihan pada
roving terjadi akibat perbedaan kecepatan putaran antara rol peregang depan
dengan putaran spindle (flyer). Pada proses ini sliver diberi antihan bertujuan
untuk memberi kekuatan tarik pada sliver walaupun jumlah antihan yang diberikan
tidak terlalu besar.
Pengulungan (winding), Penggulungan
terjadi karena kecepatan putar bobin yang lebih besar daripada kecepatan putar
spinle flyer. Walaupun arah putaran spindel dengan bobin sama tetapi karena
bobin berputar lebih cepat maka spindel akan diam relatif terhadap bobin.
A. MESIN RING SPINNING
Mesin Spinning merupakan lanjutan dari
mesin roving yang akan merubah sliver roving menjadi benang yang diinginkan.
Agar proses pada mesin spinning berjalan dengan baik dan tidak mengalami
kesulitan maka pemberian antihan pada mesin roving diberikan secukupnya / tidak
boleh terlalu banyak. Sebab pada waktu peregangan pada mesin spinning dimana
pembukaan antihan sliver roving menjadi serat-serat yang dilakukan tidak akan
mengalami kesulitan.
Proses pada mesin Spinning terbagi menjadi
3 bagian yaitu :
- Drafting (peregangan), Proses penarikan serat-serat yang terjadi antara dua titik jepit pasangan rol-rol yang berputar. Dimana kecepatan rol penariklebih cepat daripada rol pendorongnya. Dan kecepatan rol peregang depan lebih cepat daripada rol peregang belakang, sehingga terjadi prosses peregangan. Tujuan dari peregangan adalah untuk mendapatkan nomer benang tertentu.
- Twisting (pemberi antihan), Merupakan syarat penting dalam pembuatan benang, karena sangat menentukan kekuatan benang. Tujuannya adalah memberi sejumlah antihan pada benang sesuai dengan nomer benang yang dipintal. Pada ring spinning twist terjadi karena ujung benang bagian atas seolah-olah dipegang oleh pasangan rol peregang depan dan bagian bawahnya diputar oleh traveler.
- Winding (penggulungan), Terjadinya pengguluangan benang pada kain karena putaran traveler lebih kecil daripada putaran spindle.
Gambar Mesin Ring Spinning Keterangan
gambar :
- Rak 10. Roving
- Penggantung 11. Penghisap
- Gulungan roving 12. Ekor babi
- Pengantar 13. Pengontrol balooning
- Per penekan 14. Bobin
- Handle 15. Benang
- Apron 16. Traveller
- Pasangan Draft Roll 17. Ring
- Balooning 18. Spindle
A. MESIN OPEN END SPINNING
Pada pemintalan sistem open end
pembentukan benangnya mengalami pemutusan kontinuitas antara bahan baku dengan
bahan yang dihasilkan. Penyuapan dalam sistem ini dilakukan dalam bentuk
serat-serat individu yang terbuka. Serat-serat yang disuapkan tadi akan disusun
kembali pada alur pengumpulan dilakukan dengan aliran udara. Oleh karena itulah
terjadi pemutusan bahan antara bahan yang disuapkan dengan benang yang
dihasilkan.
Penyuapan Bahan, Penyuapan bahan dilakukan
oleh rol penyuap seperti lazimnya dan dapat di atur kecepatannya. Bahan yang
disuapkan oleh rol penyuap tadi diuraikan menjadi serat-serat individu oleh
penyisir (comber rol). Pembentukan benang akan terjadi dengan terkumpulnya
serat-serat yang disuapkan tadi pada alur pengumpul serat.
Penyisiran Serat, Penyisiran serat ini
dilakukan oleh rol penyisir, yaitu suatu peralatan berbentuk seperti taker in
pada mesin carding. Oleh rol tersebut serat-serat dari sliver diuraikan menjadi
seratserat individu. Penyisiran rol penyisir ini akan membantu mengarahkan
kedudukan serat-serat sehingga dalam perjalanan maupun dalam penyusunan kembali
serat-serat tersebut akan lebih teratur.
Pengumpulan Serat dalam Rotor, Penyusunan
kembali serat-serat individu pada alur pengumpul serat merupakan permulaan
pembentukan benang. Serat-serat tiba pada dinding rotor secara tangensial dan
pengambilan serat-serat tersebut sesudah menjadu benang dilakukan secara aksial
melalui bagian tengah dari dinding pemisah.
Pemberian Antihan, Dalam kecepatan putaran
rotor yang tinggi, cincin serat berbentuk pita yang melingkar pada alur serat
dalam rotor dapat dikatakan belum mempunyai antihan meskipun sudah merupakan
rangkaian serat-serat yang berukuran kehalusan benang tertentu. Jika kedalam
rotor, melalui lubang di tengah-tengah dinding pemisah (separator) dimasukan
benang pemancing maka ujung benang pemancing itu akan terputar dan menempel
pada cincin serat. Oleh adanya putaran ujung benang tadi maka akan terjadi gaya
puntir pada benang pemancing tersebut.
Penggulungan Benang, Penggulungan benang
dilakukan oleh rol penggulung beralur dalam bentuk cheese dan ukuran besar
sesuai dengan keperluan. Hal ini dilakukan demikian karena penggulungan ini
terpisah sama sekali dengan proses pemberian antihan sehingga tidak
mempengaruhi proses tersebut.
Skema Mesin Open End Spinning
Keterangan skema :
- can 5. comber roll 9. benang 13. cheese
- sliver 6. neple 10. apron 14.package
- terompet 7. rotor 11. cradle
- feed roll 8. pengentar 12. winding roll
A. PROSES REELING SUTERA
Serat sutera diambil dari larva ulat
sutera Bombyx Mori dan Tusah. Bentuk serat sutera adalah filament protein
dengan komposisi penting adalah Fibroin sebagai serat 76% dan serisin sebagai
pelindung/lapisan 22%. Sutera merupakan serat filament yang halus, berkilau dan
bening. Satu kepompong dapat menghasilkan serat sepanjang 300-600 meter.
Secara umum mutu sutera ditentukan oleh :
kehalusan, kebersihan, kerataan dan kekuatan. Sifatsifat serat sutera adalah
sebagai berikut :
1. Kekuatan kering 4-4,5 g/d dan mulur
20-25%.
2. Kekuatan basah 3,5-4 g/d dan mulur
25-30%.
3. Pemanasan pada suhu lebih dari 140 oC
dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan dengan turunnya kekuatan. ΓΌ
Ultraviolet misalnya sinar matahari selama 6 jamakan mengurangi kekuatan sampai
50%.
4. Pendidihan dalam air akan menurunkan
kilau dan kekuatan.
5. Lebih mudah rusak oleh asam daripada wol
termasuk keringat yang bersifat asam.
6. Tidak tahan alkali seperti pencucian
yang mengandung alkali maka kekuatannya akan turun.
7. TIdak tahan oksidator (kaporit),Kuproamonium
hidroksida, Kuprietilena diamina.
8. Moisture regain (MR) adalah 11% dengan
daya serap air udara lembab kira-kira 30% tanpa terasa basah.
9. Lebih tahan serangan biologi.
10. Lembut, tahan kusut, dan kenampakan
sangat baik.
PROSES REELING SUTERA
Urutan proses Reeling sutera :
F Mempersiapkan kokon yang akan
di-Reeling.
F Membersihkan kokon yang akan di-reeling
dengan mesin pembersih.
F Merebus kokon-kokon sutera pada panci
perebus yang besar pada suhu 90 oC sampai kokonkokon tersebut terendam secara
keseluruhan dalam air.
F Memindahkan kokon-kokon yang sudah
dimasak ke dalam bak lain untuk dicari ujung seratnya. Bak bersuhu 40 oC.
F Mencari ujung serat sutera pada setiap
kokon dengan menggunakan sikat.
F Memindahkan kokon pada bak pada mesin
reeling.
F Melakukan twisting pada beberapa helai
serat sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
F Mencucukkan serat sutera pada mesin
reeling sutera dengan bantuan menggunakan helai sapu ijuk.
F Menjalankan mesin reeling sutera
DISKUSI
Pada saat akan melakukan proses reeling
sutera hal yang perlu diperhatikan adalah memilih kokon yang kualitasnya masih
baik. Selanjutnya adalah mempersiapkan kokon untuk dimasak. Pamasakan kokon
sutera ini berlangsung pada suhu 90 oC selama kurang lebih 20 menit. Setelah
masak,kokonkokon ini dipindahkan dalam bak lain bersuhu sekitar 40 oC untuk
dicari ujung seratnya dengan menggunakan sikat. Kemudian dilakukan twisting
pada serat sutera tersebut sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Kokon ini
kemudian dipindahkan lagi pada bak mesin reeling untuk segera direeling.
Sebelum di-reeling dilakukan pencucukan terlebih dahulu pada mesin reeling,
selanjutnya seratserat sutera ini direeling sampai fibroin pada kokon habis dan
kemudian dilakukan penyambungan dengan serat yang baru. Kesulitan yang dihadapi
relative tidak ada karena mesin reeling merupakan mesin yang mudah untuk
dijalankan. Kesulitan yang mungkin timbul saat melakukan proses reeling adalah
pada saat melakukan pencucukan serat. Proses pencucukan ini memerlukan bantuan
helai dari sapu ijuk untuk membantu memasukkan serat kedalam rol mesin reeling.
KESIMPULAN
Proses reeling untuk serat sutera
merupakan suatu proses yang relative mudah untuk dilakukan.
Persiapan dan proses pengerjaannya sendiri
tidak membutuhkan waktu yang lama. Proses reeling ini dilakukan sebelum serat
sutera mengalami proses persiapan pertenunan.
B. DAFTAR PUSTAKA
Pawito S. Teks,dkk. Teknologi Pemintalan
II, Institut Teknologi Tekstil. 1975. Bandung.
Serat buatan mula-mula dibuat dengan jalan
percobaan (di Eropa pada tahun 1857). Produksi secara komersil dimulai pada
tahun 1910 (di Amerika). Jenis serat buatan diantaranya : rayon, asetat,
poliester, acrilat dan lain-lain.
Pengolahan Serat Buatan
Proses pemintalan serat buatan atau serat
sintetis dikenal dalam tiga cara, yaitu :
- Pemintalan basah (wet spinning).
- Pemintalan kering atau larutan (dry or solvent spinning).
- Pemintalan leleh (melt spinning).
Ketiga cara tersebut diatas pada dasarnya
adalah sama, karena prosesnya berdasarkan atas tiga tingkat, yaitu :
- Penghancuran dan pelarutan atau pelelehan bahan baku untuk membuat larutan.
- Penyemprotan larutan yang dihasilkan melalui spinneret untuk membentuk serat.
- Pemadatan serat dengan jalan pembekuan, penguapan atau pendinginan.
Spinneret adalah bagian peralatan yang
sangat penting. Bentuk mulut pipa yang berlubang-lubang kecil sekali dan lebih
kecil dari diameter rambut manusia. Spinneret tersebut dibuat dari platina atau
logam sejenis yang tahan terhadap larutan asam dan tahan retak oleh larutan
pada saat mengalir.
Bentuk serat yang dihasilkan ada tiga
macam, yaitu : Filamen, filamen tow dan stapel
• Serat filamen adalah serat yang
dihasilkan dari spinneret yang mempunyai lubang ± 350 buah atau kurang, sesuai
dengan diameter benang yang dihasilkan.
Jumlah lubang spinneret menunjukkan jumlah
filament yang terdapat pada benang. Setiap serat yang keluar dari lubang
spinneret setelah dipadatkan segera disatukan dengan memberi antihan dalam
membentuk sehelai benang filamen yang kontinyu.
• Filamen tow adalah serat yang dihasilkan
dari pemintalan filamen spinneret yang mempunyai lubang maksimum 3000 buah.
Hasil produksi dari 100 buah spinneret atau lebih,
dikumpulkan menjadi satu yang merupakan
seutas tali yang besar, disebut filament tow.
• Filamen tow yang dihasilkan tersebut
kemudian dibuat keriting dan dijadikan staple dengan jalan pemotongan dalam
ukuran panjang tertentu. Panjang staple biasanya disesuaikan dengan panjang
serat kapas atau wol. Selanjutnya staple ini di pak menjadi bentuk bal dan
kemudian dibawa ke pabrik pemintalan untuk dijadikan benang (spun yarn). Sistem
pemintalannya sama dengan system pemintalan kapas (conventional spinning
system).
Pembuatan Benang dari Serat Buatan
Benang dalam arti yang umum adalah untaian
serat yang tidak terputus-putus. Saling berkaitan dengan antihan dan diameter
tertentu.
Benang diklasifikasikan menjadi :
- Benang filamen (continuous filamen yarn), yaitu benang yang berasal dari serat filamen.
- Benang pintal (spun yarn), yaitu benang yang terbuat dari serat stapel baik serat alam maupun buatan.
- Benang filamen. Semua benang filamen kecuali sutera, dihasilkan dengan cara pemintalan kimiawi (chemical spinning).
Pemintalan kimiawi meliputi proses mulai
dari penyemprotan serat dari lubang-lubang spinneret sampai pada penggulungan
benang dalam bentuk cone atau cheese. Dari penggulungan ini dapat digunakan
dalam proses selanjutnya, seperti pertenunan atau perajutan.
Benang filamen ada yang diberi antihan dan
ada yang tidak. Untuk dapat lebih menyempurnakan sifatsifatnya, (sesuai dengan
kegunaannya) dilakukan suatu proses sehingga letak setiap individu filamen
tidak lagi dalam keadaan teratur, melainkan tidak beraturan dan hasilnya
disebut texturized filament yarns.
Texturized yarns dikenal dua macam :
• Benang ruwah/bulk. Untuk mendapatkan
benang dengan pegangan yang empuk (soft), maka dibuat benang yang tidak padat,
yang disebut benang bulk. Benang bulk ini dapat dihasilkan dengan
memberikan sedikit atau tanpa antihan sama sekali terhadap benang filamen. Agar
kelihatan sifat-sifat ruwahnya, maka serat filamen tersebut dibuat keriting
atau berbentuk seperti per dengan proses thermoplastis. Hasilnya, adalah benang
yang mengembang dan tidak padat, karena masing-masing serat menempati volume
yang besar. Benang ruwah ini sangat cocok untuk kain rajut, seperti jumper,
kain Hi-Sofi dan sebagainya.
• Benang stretch (stretch yarn). Pembuatan
benang stretch ini pada hakekatnya sama saja prinsipnya dengan benang ruwah. Hanya saja struktur masingmasing filamen
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi seperti per, misalnya dengan
dibuat keriting atau dibentuk seperti helix. Dengan demikian, apabila ditarik akan mudah mulur dan
apabila tarikan dilepaskan akan kembali ke panjang semula.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk
pembuatan benang stretch. Salah satu diantaranya ialah apa yang kita kenal
dengan twist untwist methode, yaitu dengan menggunakan mesin falsetwister. Prinsip
cara ini ialah benang filament diberi antihan yang tinggi, kemudian dimantapkan
antihannya dengan pemanasan. Karena sifat thermoplastis dari serat sintetis,
maka setelah pemanasan masing-masing serat akan tetap mempunyai struktur
seperti helix, meskipun antihannya telah dibuka. Akibatnya benang akan
mengembang dan
mempunyai kemampuan mulur yang besar.
Benang strecth ini lazim digunakan untuk
kaos kaki atau kain-kain rajut lain yang kemampuan mulur adalah yang
diutamakan. Biasanya dipakai serat nylon poliakrilat dan sebagainya.
- Proses dari tow menjadi top (two to top
system)
Pada proses ini pengerjaan tow menjadi
benang staple dilakukan dengan menggunakan mesin turbo Stapler atau mesin
Pasific Conventer. Pada mesin ini serat-serat filamen dari tow dipotong-potong
menurut panjang yang diinginkan, dengan menggunakan pisau yang sangat tajam.
Selanjutnya ditampung, dikumpulkan menjadi bentuk sliver yang telah sedikit
mengalami peregangan yang disebut top. Untuk membuat benang, top ini
selanjutnya di proses pada mesin drawing, roving dan spinning.
- Proses dari tow langsung menjadi benang
(tow to yarn system).
Dalam proses ini pengerjaan benang filamen
dari tow langsung menjadi benang staple dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin Purlock.
Pada mesin ini serat-serat filamen dari
tow dilewatkan pada suatu sistem peregangan sehingga serat-serat filament putus
menjadi serat stapel dan kemudian dipintal menjadi benang.
Benang Pintal (Spun Yarn)
Benang pintal dapat dihasilkan dengan
menggunakan system pemintalan konventional atau sistem pemintalan langsung.
• Sistem konventional, umumnya dikenal
sebagai berikut :
Blowing – Carding – Combing – Drawing –
Roving – Spinning – Winding
• Sistem pemintalan langsung Sistem ini
dilaksanakan dengan langsung memotong-motong serat filamen sebelum dipintal
menjadi benang.